KATA
PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, ssehingga dapat menyusun makalah
dari mata kuliah Ilmu Sosial Dasar yang bertema “Hubungan Ilmu Sosial Dasar
dengan Teknik Indormatika”. Makalah ini disusun ssebagai mana tugas mahasiswa
mata kuliah Ilmu Sosial Dasar. Dimana di dalam makalah ini terdapat materi –
materi apa yang disusun dan dan
pemikiran penulis. Penulis memiliki keterbatasan dalam melakukan segala hal,
tetapi tetap berusaha untuk membuat yang terbaik demi hasil yang maksimal.
Semoga apa yang dibuat bisa menghasilkan sesuatu yang baik untuk penulis maupun
pembaca.
Hasil yang terbaik
adalah harapan semua orang yang melakukan sesuatu. Bahkan, orang – orang yang
melakukan hal yang buruk pun menginginkan hasil yang terbaik. Terlebih lagi
kepada orang yang berusaha untuk melakukan hal yang baik. Harapannya adalah
hasil terbaik, juga nilai yang terbaik untuk ipk yang terbaik pula. Ucapan
terima kasih kepada keluarga dan teman – teman serta dosen dan masyarakat yang
ikut membantu memberikan inspirasi dalam pembuatan makalah ini. Banyak sekali
Inspirasi yang tertuang kedalam makalah ini, sehingga terbentuklah makalah yang
sudah menjadi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar.
Bila dalam penulisan
makalah dan saat membaca terdapat yang kurang berkenan di hati, mohon di
maafkan yang sebesar – besarnya. Karena penulis tetap masih belajar dan tidak
pernah merasa pintar. Hanya ingin tetap melakukan perubahan – perubahan dan
pembelajaran dari semua kesalahan. Penulis sangat berterima kasih jika ada
saran yang diberikan dari teman – teman maupun dosen pembimbing untuk
menyempurnakan makalah ini. Kritik dan saran sebagai manfaat untuk makalah yang
lebih baik lagi dan lebih sempurna.
Apabila terdapat
kalimat yang juga menyinggung perasaan pembaca maupun pendengar dari pembaca
makalah ini, sekali lagi mohon maaf yang sebesar – basarnya. Karena perbuatan
mulia yang disukai oleh Allah SWT adalah meminta maaf dan lebih mulia lagi jika
ada orang yang meminta maaf, kemudian langsung memaafkan orang yang meminta
maaf pada saat itu juga adalah perbuatan yang mulia.
Semoga makalah ini bisa
bermanfaat untuk kedepannya nanti dan dibutuhkan untuk masyarakat luas. Hal
yang menarik semoga ada di makalah ini dan bisa sedikit saja menghibur pembaca
dan suatu kebahagiaan untuk penulis bisa menyenangkan sedikit hati pembaca.
Penulis juga akan berusaha belajar dari pengalaman yang ada. Karena pengalaman
adalah guru yang paling berharga dan paling mudah diingat.
LATAR
BELAKANG
Budaya adalah daya dari
budi yang berupa cipta dan rasa, sedangkan kebudayaan
adalah hasil dari cipta rasa, karsa, dan rasa
tersebut Koentjaraningrat (1976:28). Kebudayaan
dimiliki oleh setiap bangsa, oleh karena itu
kebudayaan dari setiap bangsa saling berbedabeda. Meskipun terkadang ada
kesamaan seperti halnya rumpun dan ras.
Di jepang antara
kebudayaan dan budaya dibedakan berdasarkan
pengertiannya. Budaya ialah sesuatu hal yang
semiotik, tidak kentara atau bersifat laten artinya
keseluruhan hal yang alamiah. Sedangkan
kebudayaan ialah seluruh cara hidup manusia untuk
mempertahankan hidupnya artinya,
keseluruhan hal yang bukan alamiah yaitu hasil
ciptaan manusia. Kebudayaan juga dapat
dijelaskan dalam Situmorang (1995:3) adalah sebuah
jaringan makna yang dianyam manusia
tersebut dalam hidup, dan mereka bergantung pada
jaringan-jaringan makna tersebut. Salah
satu hasil kebudayaan manusia adalah sastra.
Adapun nilai-nilai budaya yang akan diteliti dari
dalam novel "Samurai
Kazegatana" karya ‘Ichirou Yukiyama’, yaitu
konsep moral budaya On dan Giri yaitu. On
Universitas Sumatera Utaraadalah memikul beban
tanggung jawab secara social dan psikis terhadap penerimaan
kebaikan dari orang lain, baik sederajat ataupun
tidak dan hal itu menimbulkan kewajiban
untuk membayar setiap kebajikan yang didapatkan
secara timbal balik. Konsep moral On
dilandasi oleh bagaimana hubungan antar individu
dengan satuan sosial yang lebih tinggi
ketika bangsa Jepang belum dipengaruhi oleh modernisasi, mereka senantiasa diliputi
rasa
berhutang
kepada orang tua, para penguasa, masyarakat dan negara (Sayidimin,
1982:42).
Dengan kata lain On adalah nilai-nilai penting
yang harus dipertahankan di dalam
kehidupan masyarakat Jepang yang berkaitan dengan
adanya jaringan hubungan kewajiban
yang saling timbal balik. Dengan adanya perasaan
berhutang budi, maka orang Jepang
merasa berkewajiban untuk membalas budi kepada semua
orang yang telah memberikan
kebajikan terhadap penerima kebajikan antara lain
orang tua, para penguasa, masyarakat dan
Negara. Rasa kewajiban itu disebut Gimu.
Gimu adalah
konsep pembalasan kebaikan setulus hati dan pembayaran kembali yang
semaksimal mungkin pun dari kewajiban membalas budi
dianggap belum cukup, dan tidak
ada batas waktu pembayarannya (Benedict, 1982:125).
Gimu juga dikatakan pembalasan
kebaikan setulus hati (Situmorang,1995:66). Yaitu
bahwa kebaikan yang telah diterima
tersebut harus dibalas tanpa memikirkan untung rugi. Di dalam
masyarakat bushi hal ini
diartikan mulai dari rasa terima kasih sampai
melakukan tugas balas dendam tuan dan
melakukan Junshi (mengikuti kematian tuan). Selain
itu masyarakat Jepang selalu merasa
berkewajiban untuk membalas sikap atau kebaikan yang
telah diterima dari orang lain yang
setimpal yang disebut Giri. Giri adalah hutang yang
harus dibayar atau dilunasi dengan
perhitungan yang pasti atas suatu kebajikan yang
telah diterima seseorang dan kebajikan
tersebut harus dibayar dalam batas waktu tertentu
(Mattulada,1997:284).
Pada masa modern ini konsep Giri diwujudkan atau
dapat dilihat dengan giatnya
orang-orang Jepang memberikan hadiah dan tanda mata.
Namun, dikenal istilah “Giri Choco”
Universitas Sumatera Utarayaitu istilah pada anak
muda yaitu seorang gadis memberikan coklat kepada ayah, kakak pria,
rekan kerja pria, ataupun teman-teman pria lainnya
di hari valentine. Coklat ini tidak
melambangkan cinta hanya merupakan ungkapan rasa
sayang dan perhatian. “Giri Choco”
berupa coklat biasa yang harganya relatif murah dan
tidak terlalu istimewa. Dengan ini bukan
hal yang aneh jika ada seorang pria di Jepang yang
mendapatkan banyak coklat dari temanteman wanitanya di hari Valentine. Dan
istilah kedua “Honmei Choco” yaitu seorang gadis
memberikan coklat kepada pria idamannya atau
kekasihnya. Coklat ini melambangkan cinta
dan sangat istimewa biasanya harganya relatif
mahal.”.
Budaya balas budi di Jepang, dengan istilah On dan Giri (balas budi) yang tercermin dari
karya sastra Jepang menggambarkan balas budi antara
satu sama lain. Konsep On dan Giri
(konsep balas budi) yang tercermin dari novel
Samurai Kazegatana karya Ichirou Yukiyama
tersebut. Dalam menganalisis novel tersebut akan
menggunakan pendekatan semiotik karena
pada dasarnya semiotik adalah mempelajari
lambang-lambang atau tanda.
TUJUAN
Tugas ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas
Ilmu Budaya dasar yang bertema “Manusia sebagai makhluk berbudaya, selain dari
itu juga bertujuan antara lain :
1. Memahami
pengertian dari budaya
2. Mempelajari
budaya suatu daerah
TEORI
Budaya adalah sistem
(dari pola-pola tingkah laku yang diturunkan secara sosial) yang bekerja
menghubungkan komunitas manusia dengan lingkungan ekologi mereka. Dalam
"cara-hidup-komuniti" ini termasuklah teknologi dan bentuk organisasi
ekonomi, pola-pola menetap, bentuk pengelompokan sosial dan organisasi politik,
kepercayaan dan praktek keagamaan, dan seterusnya. Bila budaya dipandang secara
luas sebagai sistem tingkah laku yang khas dari suatu penduduk, satu penyambung
dan penyelaras kondi s i-kondisi badaniah manusia, maka perbedaan pandangan
mengenai budaya sebagai pola -pola dari (pattern -of) atau pola-pola untuk (pattern -for) adalah soal kedua.
Konsep budaya turun jadi pola tingkah
laku yang terikat kepada kelompok-k e l
ompok tertentu, yaitu menjadi "adat
istiadat" ( customs ) atau " cara
kehidupan " way of life)
manusia.
Perubahan kultural pada
dasarnya adalah suatu proses adaptasi
dan maksudnya sama dengan seleksi alam.Manusia adalah hewan, dan scperti semua
hewan-hewan lain, harus menjalankan satu hubungan adaptif dengan lingkungannya
dalam rangka untuk tetap dapat hidup. Meskipun manusia dapat melakukan adaptasi
ini secara prinsipil melalui alat budaya, namun prosesnya dipandu oleh
aturan-aturan seleksi alam seperti yang mengatur adaptasi bioiogis. Dilihat
sebagai sistem adaptif, budaya berubah ke arah keseimbangan ekosistem. Namun
kalau keseimbangan itu diganggu oleh perubahan lingkungan, kependudukan,
teknologi atau perubahan sistemik yang lain, maka perubahan yang terjadi
sebagai penyesuaian lebih lanjut akan muncul melalui sistem kebudayaan. Karena
itu, mekanisme umpan-balik dalam sistem kebudayaan mungkin bekerja secara
negatif (ke arah self correction dan keseimbangan) atau secara positif (ke
arah ketidakseimbangan dan perubahan arah).
Komponen-komponen
ideasional dari sistem kultural bisa punya konsekuensi adaptif—dalam mengontrol
penduduk, membantu mata pencaharian
hidup, menjaga ekosistem, dan Iain-Iain; dan semua ini, meskipun seringkali
subtil, harus di telusuri
kemana pun arahnya. Berlawanan dengan ahli teori adaptasi tentang
budaya, yang beranekaragam adalah sejumlah ahli teori yang melihat budaya
sebagai sistem ideasional. Tiga cara yang agak khas dalam mendekati budaya
sebagai sistem gagasan (ide).
Budaya Sebagai Sistem Kognitif
Satu tema besar yang
lain pada 15 tahun terakhir ini adalah kemunculan satu antropologi kognitif
yang eksplisit (juga disebut "etnogrqfi baru",
"ethnoscience", "ethnographic semantics"). Dalam prakteknya "etnografi baru"
ini pada dasarnya adalah satu pengkajian terhadap sistem klasifikasi penduduk
setempat (folk classification). Di luar metode "pengumpulan
kupu-kupu" ini, juga telah muncul satu pandangan baru dan penting terhadap
budaya, yaitu budaya sebagai cognition (pengetahuan).
Budaya dipandang sebagai sistem pengetahuan. Menurut
Ward Goodenough:
Kebudayaan suatu
masyarakat terdiri atas segala sesuatu yang harus diketahui atau dipercayai
seseorang agar dia dapat berperilaku dalam cara yang dapat diterima oleh
anggota-anggota masyarakat tersebut. Budaya bukanlah suatu penomena material
dia tidak berdiri atas benda-benda, manusia, tingkah laku atau emosi-emosi.
Budaya lebih merupakan organisasi dari
hal-hal tersebut. Budaya adalah bentuk hal-hal yang ada dalam pikiran (mind)
manusia, model-model yang dipunyai manusia untuk menerima,
menghubungkan, dan kemudian menafsirkan penomena material di atas.
Goodenough
mempertentangkan pandangan ideasionalnya tentang kebudayaan dengan pandangan
yang digunakan oleh orangANTROPOLOGI NO. 52orang adaptionist
yang telah didiskusikan dalam bagian
terdahulu, yang melihat kebudayaan
sebagai "pola kehidupan
dalam satu komuniti, yaitu
kegiatan yang terjadi berulang kali secara ajeg dan susunan materi dan
sosial". Maka kesimpulannya, Goodenough memandang budaya secara
epistemologi berada dalam alam yang sama
dengan bahasa (langue dari Sassure atau competence
da r i Chomsky), sebagai
aturan-aturan ideasional yang berada dI
luar bidang yang dapat diamati dan diraba. Dengan konsep yang seperti ini,
bahasa adalah satu subsistem dari budaya, dan peneliti antropologi kognitif
berharap atau menduga bahwa metode-metode dan modelmodel linguistik (seperti:
yaitu analisa komponential, emic lawan
etic, kerangka eliciting,
dan lain-lain) juga memadai untuk
digunakan terhadap bidang budaya yang lain
Budaya Sebagai Sistem Struktural
Levi-Strauss
memandang budaya sebagai sistem simbolik yang dimiliki bersama, dan
merupakan ciptaan pikiran (creation of mind) secara kumulatif. Dia berusaha menemukan
dalam penstrukturan bidang cultural (dalam mitologi, kesenian, kekerabatan, dan
bahasa) prinsip-prinsip dari pikiran
(mind) yang menghasilkan budaya itu. Kondisi material dari mata
pencaharian hidup dan ekonomi memberi kendala (bukan menentukan) bentuk dunia
yang kita hidupi ini. Khususnya dalam mitologi, kondisi material tersebut
membiarkan pemikiran tentang dunia berkuasa secara bebas. Dunia fisik tempat
manusia hidup memberikan bahan mentah yang diperdalam lebih jauh oleh proses
pemikiran yang universal ke dalam pola-pola yang jauh berbeda secara substansif
tetapi sama secara formal.
Budaya Sebagai Sistem Simbolik
Jalan
lain dalam membahas kebudayaan adalah dengan cara memandang kebudayaan -
kebudayaan sebagai sistem makna dan simbol yang dimiliki bersama. Pendekatan ini
masih berhubungan, meskipun berbeda, dari pendekatan kognitif Amerika dan
strukturalis Eropa daratan yang telah dibicarakan diatas. Di daratan Eropa
jalan ini telah dirambah oleh Louis Dumont. Di AS pelopor yang paling menonjol
adalah dua ahli antropologi pewaris tradisi Parsons: Clifford Geertz dan David
Schneider. Pandangan yang kuat dari Geertz terhadap budaya, yang ditunjang satu
aliran kemanusiaan yang luas, makin lama makin menjadi sistematis. Seperti
Levi-Strauss, Geertz berada pada puncak pemikirannya ketika dia
menciptakan grand theory dalam menafsirkan bahan-bahan etnografi yang
khusus. Namun berbeda dari Levi-Strauss, dia menemukan kekhususan tersebut
dalam kekayaan kehidupan manusia yang sesungguhnya dalam satu persabungan ayam,
dalam satu upacara kematian, dalam satu peristiwa pencurian biri-biri. Bahan
analisisnya bukanlah mitologi atau adat
istiadat yang terlepas dari konteks dan akar masyarakatnya. Bahan
tersebut terikat dengan manusia-manusia didalam tingkah laku simbolik mereka.
Geertz melihat
pandangan kognitif Goodenough dan para ahli '"etnografi baru" sebagai
pandangan reduksionis dan formalistik yang kabur. Bagi Geertz, makna tidak
terletak di "dalam kepala
orang" . Simbol dan makna dimiliki
bersama oleh anggota masyarakat, terletak di antara mereka, bukan di dalam diri
mereka. Simbol dan makna bersifat umum (public), bukan pribadi
(private). Sistem kultural adalah ideasional. Sama seperti ideasionalnya
kwartet Beethoven. Sistem itu berada di luar atau di antara manifestasinya
dalam pikiran individu atau penampilan konkrit. Pola-pola kultural, katanya,
tidak reified atau metafisikal. Seperti
batu dan mimpi, "mereka adalah benda dalam dunia nyata".
METODOLOGI
Pada tugas yang
satu ini, penulis mengambil sumber teori dengan menjelajahi internet dan
menggunakan mesin pencari untuk mendapatkan informasi sekaligus untuk mendapat
teori – teori tentang tugas kali ini.
STUDY/KASUS
Sistem sosial adalah bentuk teratur dan terstruktur dalam
kehidupan bermasyarakat. Bisa dikatakan bahwa semua manusia yang berkelompok
memiliki sistem sosialnya masing-masing. Sistem sosial ada karena kebutuhan
akan pembagian tugas dalam memenuhi kebutuhan akan hidup, baik kebutuhan yang
bersifat fisik maupun non-fisik.
Kota Padang pada awalnya
adalah perkampungan nelayan yang disebut sebagai kampung Batung. Kampung tersebut berlokasi pada kawasan batang
arau saat ini, masyarakatnya adalah masyarakat nelayan dan masyarakat
petani garam. Dengan kondisi itu terlihat ada 2 bentuk sistem sosial
masyarakat, yaitu sistem nelayan dan sistem petani garam. Sistem ini
dilatarbelakangi karena kondisi lingkungan, masyarakat nelayan dan masyarakat
petani garam hanya terdapat pada wilayah pesisir pantai barat sumatera dan
memiliki relasi dengan masyarakat minangkabau di daerah darek atau pedalaman.
Pada perkembangannya setelah Kampung Batung diserahkan
kepada pemerintah hindia belanda oleh raja-raja muda pagaruyung, maka sistem
Kampung Batung yang pada awalnya adalah permukiman tradisional bertranformasi
menjadi kota pelabuhan yang memiliki aktivitas perdagangan modern, yang pada
awalnya hanya memiliki struktur sederhana pada pembagian tugas, berkembang
menjadi sebuah struktur komplek yang lengkap dengan sisitim militer dalam
pengamanan perdagangan kota pelabuhan, yang pada awalnya hanya dipimpin oleh
seorang kepala kampung berubah menjadi kepala residen, hal ini adalah bentuk
transformasi sistem sosial yang baru..
Strata Sosial adalah bentuk pembagian lapisan masyarakat
pada satu wilayah. Pada apa yang terjadi dengan Kampung Batung yang pada
awalnya, hanya terdiri dari lapisan masyarakat nelayan dan petani garam saat
bertranformasi menjadi kota padang maka, lapisan masyarakatnyapun menjadi
bertambah.
Penambahan yang dapat terlihat adalah penambahan tingkat
strata antara lain dengan adanya kalangan elit pendatang, seperti penyebutan
kaum pertama yang terdiri dari masyarakat eropa, kaum kedua yang terdiri dari
masyarakat cina, india, arab, dan kaum ketiga yang merupakan masyarakat
pribumi.
Perubahan tersebut menciptakan bentuk lapisan masyarakat
yang baru, lapisan masyarakat yang baru terdiri dari masyarakat asli Kampung
Batung, masyarakat pendatang/asing .
Mata Pencaharian adalah
cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya. Pada kampung batung
masyarakat menangkap ikan dan memproduksi garam untuk dapat ditukarkan dengan
masyarakat yang ada didarek. Pada perkembangan selanjutnya setelah kampung
batung menjadi kota padang, maka perkembangan mata pencaharianpun terjadi, ada
diantara dari kelompok masyarakat menjadi penampung/pialang/broker, tukang, pedagang, pengambil kelapa, dan
bentuk usaha lainnya.
Teknologi adalah bentuk hasil kreasi manusia dan memiliki
manfaat untuk mempermudah manusia dalam melakukan aktifitasnya. Kampung Batung
yang pada awalnya merupakan kampung bagi para nelayan dan para petani garam,
mestinya memiliki bentuk teknologi yang mendukung mereka dalam beraktivitas,
seperti rumah kecil berbahan kayu, sampan (kata dalam bahasa china) /kapal
kecil berukuran panjang sekitar 4 m dan lebar maksimum 2 meter, jaring, urukan
garam, tampan (tampungan/tadah).
Kampung batung yang bertransformasi menjadi kota padang
mengalami peningkatan teknologi yang dimilikinya, seperti saluran drainase
kota, benteng kota, pelabuhan besar, jalur kereta api, bangunan perumahan
berbahan bata. Dan teknologi lainnya, perubahan yang sangat luar biasa atas kedatangan
masyarakat asing ke kota tersebut begitu banyak teknologi canggih yang dibawa
dan merubah wajah perkampungan yang biasa-biasa atau dapat dibillang tertinggal
menjadi sebuah tempat dengan teknologi maju.
Religi adalah kepercayaan adikodrati atas kekuatan yang
ada diluar pengetahuan manusia itu sendiri, termasuk agama didalamnya.
Pada aspek ini kampung batung sebagai perkampungan
nelayan dan petani garam tidak diketahui secara pasti nilai religi yang
dipegang oleh masyarakatnya. Namun semenjak bertranformasi menjadi kota padang,
diketahui bahwa ada kepercayaan keagamaan seperti Islam, Konghucu dan Budhis,
Kristen, Katolik.
Bahasa adalah bentuk sisitem lambang bunyi yang digunakan
dalam melakukan komunikasi oleh satu individu kepada individu lainnya, atau
dari kelompok kepada kelompok yang lain, baik menggunakan bahasa yang sama atau
bahasa yang berbeda.
Kampung batung adalah perkampungan yang terdapat pada
wilayah rantau pesisir barat minangkabau, secara arbitrer maka bahasa
umum yang dipakai pada perkampungan tersebut seharusnya adalah bahasa
minangkabau.
Semenjak tertranformasi menjadi kota padang hingga
sekarang, ragam bahasa yang digunakan pun bertambah, ketika ditelaah dari
masyarakat yang menetap, baik kebangsaan ataupun kesukuan maka dapat diketahui
bentuk bahasa yang dipergunakan. Masyarakat tersebut diantaranya Masyarakat
Asing, dan Masyarakat Daerah. Adapun masyarakat asing berasal dari, Belanda,
Inggris, Perancis, Portugis, Amerika, China, Arab, India, Jepang. Sedangkan
masyarakat darah yang mentap seperti suku jawa, aceh, minangkabau, nias, bugis,
batak, melayu.
Unsur kebudayaan yang disampaikan oleh koentjoroningrat
terdapat pada kota padang saat ini berproses dalam bentuk perkawinan silang
satu sama atas keragaman budaya masyarakat yang ada dan menetap pada wilayah
tersebut. Sehingga dapat disebut sebagai bentuk proses budaya.
Kota padang, pada awalnya muncul atas kebutuhan para
pedagang asing yang memindahkan jalur perdagangannya ke pesisir barat sumatera,
jalur timur yang pada awalnya adalah jalur yang dilewati sudah tidak aman lagi
karena banyak perompak yang melakukan aksinya, selain itu perubutan jalur
perdaganganpun ikut serta berperan dalam hal ini. Kondisi lingkungan padang
yang cukup elok sebagai pelabuhan melatarbelakangi munculnya penawaran kepada
kerajaan pagaruyung, tawaran tersebut disambut oleh kerajaan pagaruyung dengan
syarat, belanda bersedia mengusir kekuatan aceh dari padang.
Perubahan penguasaan padang dari aceh kepada belanda
merupakan bentuk perubahan kondisi penguasaan tanah. Penguasaan tanah yang
terjadi atas bentuk diplomasi dan perperangan, keberhasilan belanda dalam
menguasai tanah padang tersebut berdampak pada perkembangan aktivitas dagang
pesisir barat sumatera.
PEMBAHASAN
Pada
awalnya, Kota Padang hanya perkampungan nelayan yang disebut Kampung Batung. Semenjak
kekuasaan diberikan kepada pemerintah hindia belanda, kebudayaannya pun
berubah, mulai dari tempat yang tradisional menjadi pasar modern. Akhirnya,
terdapat perbedaan strata. Masyarakat pendatang menjadi yang pertama dan kedua,
sedangkan pribumi itu sendiri menjadi yang ketiga. Kemudian terdapat beberapa
sukusehingga terdapat bahasa yang berbahasa minangkabau, tetapi setiap
daerahnya terdapat perbedaan.
PENUTUP
Terdapat
teori – teori yang disebutkan oleh ahli, yang teori tersebut merupakan hasil
pemikiran dan juga analisa. Di kota padang itu sendiri, terdapat beberapa suku
dan terdapat aturan yang mengatakan bahwa, dilarang untu k menikah dengan suku
yang sama, jika itu terjadi, terdapat sanksi. Yaitu akan dikucilkan dan harus
meninggalkan daerah tempat tinggalnya.