Senin, 30 April 2012

Budaya Padang


KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, ssehingga dapat menyusun makalah dari mata kuliah Ilmu Sosial Dasar yang bertema “Hubungan Ilmu Sosial Dasar dengan Teknik Indormatika”. Makalah ini disusun ssebagai mana tugas mahasiswa mata kuliah Ilmu Sosial Dasar. Dimana di dalam makalah ini terdapat materi – materi apa  yang disusun dan dan pemikiran penulis. Penulis memiliki keterbatasan dalam melakukan segala hal, tetapi tetap berusaha untuk membuat yang terbaik demi hasil yang maksimal. Semoga apa yang dibuat bisa menghasilkan sesuatu yang baik untuk penulis maupun pembaca.
Hasil yang terbaik adalah harapan semua orang yang melakukan sesuatu. Bahkan, orang – orang yang melakukan hal yang buruk pun menginginkan hasil yang terbaik. Terlebih lagi kepada orang yang berusaha untuk melakukan hal yang baik. Harapannya adalah hasil terbaik, juga nilai yang terbaik untuk ipk yang terbaik pula. Ucapan terima kasih kepada keluarga dan teman – teman serta dosen dan masyarakat yang ikut membantu memberikan inspirasi dalam pembuatan makalah ini. Banyak sekali Inspirasi yang tertuang kedalam makalah ini, sehingga terbentuklah makalah yang sudah menjadi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar.
Bila dalam penulisan makalah dan saat membaca terdapat yang kurang berkenan di hati, mohon di maafkan yang sebesar – besarnya. Karena penulis tetap masih belajar dan tidak pernah merasa pintar. Hanya ingin tetap melakukan perubahan – perubahan dan pembelajaran dari semua kesalahan. Penulis sangat berterima kasih jika ada saran yang diberikan dari teman – teman maupun dosen pembimbing untuk menyempurnakan makalah ini. Kritik dan saran sebagai manfaat untuk makalah yang lebih baik lagi dan lebih sempurna.
Apabila terdapat kalimat yang juga menyinggung perasaan pembaca maupun pendengar dari pembaca makalah ini, sekali lagi mohon maaf yang sebesar – basarnya. Karena perbuatan mulia yang disukai oleh Allah SWT adalah meminta maaf dan lebih mulia lagi jika ada orang yang meminta maaf, kemudian langsung memaafkan orang yang meminta maaf pada saat itu juga adalah perbuatan yang mulia.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kedepannya nanti dan dibutuhkan untuk masyarakat luas. Hal yang menarik semoga ada di makalah ini dan bisa sedikit saja menghibur pembaca dan suatu kebahagiaan untuk penulis bisa menyenangkan sedikit hati pembaca. Penulis juga akan berusaha belajar dari pengalaman yang ada. Karena pengalaman adalah guru yang paling berharga dan paling mudah diingat.

LATAR BELAKANG
Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta dan rasa, sedangkan kebudayaan
adalah hasil dari cipta rasa, karsa, dan rasa tersebut Koentjaraningrat (1976:28). Kebudayaan
dimiliki oleh setiap bangsa, oleh karena itu kebudayaan dari setiap bangsa saling berbedabeda. Meskipun terkadang ada kesamaan seperti halnya rumpun dan ras.  Di jepang antara
kebudayaan dan budaya dibedakan berdasarkan pengertiannya. Budaya ialah sesuatu hal yang
semiotik, tidak kentara atau bersifat laten artinya keseluruhan hal yang alamiah. Sedangkan
kebudayaan ialah seluruh cara hidup manusia untuk mempertahankan hidupnya artinya,
keseluruhan hal yang bukan alamiah yaitu hasil ciptaan manusia. Kebudayaan juga dapat
dijelaskan dalam Situmorang (1995:3) adalah sebuah jaringan makna yang dianyam manusia
tersebut dalam hidup, dan mereka bergantung pada jaringan-jaringan makna tersebut. Salah
satu hasil kebudayaan manusia adalah sastra.
Adapun nilai-nilai budaya yang akan diteliti dari dalam novel  "Samurai 
Kazegatana" karya ‘Ichirou Yukiyama’, yaitu konsep moral budaya On dan Giri yaitu. On
Universitas Sumatera Utaraadalah memikul beban tanggung jawab secara social dan psikis terhadap penerimaan
kebaikan dari orang lain, baik sederajat ataupun tidak dan hal itu menimbulkan kewajiban
untuk membayar setiap kebajikan yang didapatkan secara timbal balik. Konsep moral On
dilandasi oleh bagaimana hubungan antar individu dengan satuan sosial yang lebih tinggi
ketika bangsa Jepang belum dipengaruhi  oleh modernisasi, mereka senantiasa diliputi rasa
berhutang  kepada orang tua, para penguasa, masyarakat dan negara (Sayidimin, 1982:42).
Dengan kata lain On adalah nilai-nilai penting yang  harus dipertahankan di dalam
kehidupan masyarakat Jepang yang berkaitan dengan adanya jaringan hubungan kewajiban
yang saling timbal balik. Dengan adanya perasaan berhutang budi, maka orang Jepang
merasa berkewajiban untuk membalas budi kepada semua orang yang telah memberikan
kebajikan terhadap penerima kebajikan antara lain orang tua, para penguasa, masyarakat dan
Negara. Rasa kewajiban itu disebut Gimu.
Gimu  adalah konsep pembalasan kebaikan setulus hati dan pembayaran kembali yang
semaksimal mungkin pun dari kewajiban membalas budi dianggap belum cukup, dan tidak
ada batas waktu pembayarannya (Benedict, 1982:125). Gimu juga dikatakan pembalasan
kebaikan setulus hati (Situmorang,1995:66). Yaitu bahwa kebaikan yang telah diterima
tersebut harus dibalas  tanpa memikirkan untung rugi. Di dalam masyarakat bushi hal ini
diartikan mulai dari rasa terima kasih sampai melakukan tugas balas dendam tuan dan
melakukan Junshi (mengikuti kematian tuan). Selain itu masyarakat Jepang selalu merasa
berkewajiban untuk membalas sikap atau kebaikan yang telah diterima dari orang lain yang
setimpal yang disebut Giri. Giri adalah hutang yang harus dibayar atau dilunasi dengan
perhitungan yang pasti atas suatu kebajikan yang telah diterima seseorang dan kebajikan
tersebut harus dibayar dalam batas waktu tertentu (Mattulada,1997:284). 
Pada masa modern ini konsep Giri diwujudkan atau dapat dilihat dengan giatnya
orang-orang Jepang memberikan hadiah dan tanda mata. Namun, dikenal istilah “Giri Choco”
Universitas Sumatera Utarayaitu istilah pada anak muda yaitu seorang gadis memberikan coklat kepada ayah, kakak pria,
rekan kerja pria, ataupun teman-teman pria lainnya di hari valentine. Coklat ini tidak
melambangkan cinta hanya merupakan ungkapan rasa sayang dan perhatian. “Giri Choco”
berupa coklat biasa yang harganya relatif murah dan tidak terlalu istimewa. Dengan ini bukan
hal yang aneh jika ada seorang pria di Jepang yang mendapatkan banyak coklat dari temanteman wanitanya di hari Valentine. Dan istilah kedua “Honmei Choco” yaitu seorang gadis
memberikan coklat kepada pria idamannya atau kekasihnya. Coklat ini melambangkan cinta
dan sangat istimewa biasanya harganya relatif mahal.”.
Budaya balas budi di Jepang, dengan istilah  On dan Giri (balas budi) yang tercermin dari
karya sastra Jepang menggambarkan balas budi antara satu sama lain. Konsep On dan Giri
(konsep balas budi) yang tercermin dari novel Samurai Kazegatana karya Ichirou Yukiyama
tersebut. Dalam menganalisis novel tersebut akan menggunakan pendekatan semiotik karena
pada dasarnya semiotik adalah mempelajari lambang-lambang atau tanda.


TUJUAN

Tugas ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas Ilmu Budaya dasar yang bertema “Manusia sebagai makhluk berbudaya, selain dari itu juga bertujuan antara lain :
1.      Memahami pengertian dari budaya
2.      Mempelajari budaya suatu daerah


TEORI
Budaya adalah sistem (dari pola-pola tingkah laku yang diturunkan secara sosial) yang bekerja menghubungkan komunitas manusia dengan lingkungan ekologi mereka. Dalam "cara-hidup-komuniti" ini termasuklah teknologi dan bentuk organisasi ekonomi, pola-pola menetap, bentuk pengelompokan sosial dan organisasi politik, kepercayaan dan praktek keagamaan, dan seterusnya. Bila budaya dipandang secara luas sebagai sistem tingkah laku yang khas dari suatu penduduk, satu penyambung dan penyelaras kondi s i-kondisi badaniah manusia, maka perbedaan pandangan mengenai budaya sebagai pola -pola dari (pattern -of)  atau pola-pola  untuk (pattern -for) adalah soal kedua. Konsep budaya  turun jadi pola tingkah laku yang  terikat kepada kelompok-k e l ompok  tertentu, yaitu menjadi "adat istiadat" ( customs )   atau  " cara   kehidupan " way of  life) manusia.
Perubahan kultural pada dasarnya adalah suatu proses  adaptasi dan maksudnya sama dengan seleksi alam.Manusia adalah hewan, dan scperti semua hewan-hewan lain, harus menjalankan satu hubungan adaptif dengan lingkungannya dalam rangka untuk tetap dapat hidup. Meskipun manusia dapat melakukan adaptasi ini secara prinsipil melalui alat budaya, namun prosesnya dipandu oleh aturan-aturan seleksi alam seperti yang mengatur adaptasi bioiogis. Dilihat sebagai sistem adaptif, budaya berubah ke arah keseimbangan ekosistem. Namun kalau keseimbangan itu diganggu oleh perubahan lingkungan, kependudukan, teknologi atau perubahan sistemik yang lain, maka perubahan yang terjadi sebagai penyesuaian lebih lanjut akan muncul melalui sistem kebudayaan. Karena itu, mekanisme umpan-balik dalam sistem kebudayaan mungkin bekerja secara negatif (ke arah  self correction  dan keseimbangan) atau secara positif (ke arah ketidakseimbangan dan perubahan arah).
Komponen-komponen ideasional dari sistem kultural bisa punya konsekuensi adaptif—dalam mengontrol penduduk,  membantu mata pencaharian hidup, menjaga ekosistem, dan Iain-Iain; dan semua ini, meskipun seringkali subtil,  harus  di telusuri  kemana pun arahnya. Berlawanan dengan ahli teori adaptasi tentang budaya, yang beranekaragam adalah sejumlah ahli teori yang melihat budaya sebagai sistem ideasional. Tiga cara yang agak khas dalam mendekati budaya sebagai sistem gagasan (ide).
Budaya Sebagai Sistem Kognitif
Satu tema besar yang lain pada 15 tahun terakhir ini adalah kemunculan satu antropologi kognitif yang eksplisit (juga disebut "etnogrqfi baru", "ethnoscience", "ethnographic semantics").  Dalam prakteknya "etnografi baru" ini pada dasarnya adalah satu pengkajian terhadap sistem klasifikasi penduduk setempat  (folk classification).  Di luar metode "pengumpulan kupu-kupu" ini, juga telah muncul satu pandangan baru dan penting terhadap budaya, yaitu budaya sebagai cognition (pengetahuan).
Budaya dipandang sebagai sistem pengetahuan. Menurut Ward Goodenough:
Kebudayaan suatu masyarakat terdiri atas segala sesuatu yang harus diketahui atau dipercayai seseorang agar dia dapat berperilaku dalam cara yang dapat diterima oleh anggota-anggota masyarakat tersebut. Budaya bukanlah suatu penomena material dia tidak berdiri atas benda-benda, manusia, tingkah laku atau emosi-emosi. Budaya lebih  merupakan organisasi dari hal-hal tersebut. Budaya adalah bentuk hal-hal yang ada dalam pikiran  (mind)  manusia, model-model yang dipunyai manusia untuk menerima, menghubungkan, dan kemudian menafsirkan penomena material di atas.
Goodenough mempertentangkan pandangan ideasionalnya tentang kebudayaan dengan pandangan yang digunakan oleh orangANTROPOLOGI NO. 52orang  adaptionist  yang telah didiskusikan dalam bagian  terdahulu, yang melihat kebudayaan  sebagai "pola  kehidupan dalam satu komuniti, yaitu  kegiatan yang terjadi berulang kali secara ajeg dan susunan materi dan sosial". Maka kesimpulannya, Goodenough memandang budaya secara epistemologi  berada dalam alam yang sama dengan bahasa  (langue  dari Sassure atau  competence  da r i  Chomsky), sebagai aturan-aturan ideasional yang  berada dI luar bidang yang dapat diamati dan diraba. Dengan konsep yang seperti ini, bahasa adalah satu subsistem dari budaya, dan peneliti antropologi kognitif berharap atau menduga bahwa metode-metode dan modelmodel linguistik (seperti: yaitu analisa komponential,  emic  lawan  etic,  kerangka  eliciting,  dan  lain-lain) juga memadai untuk digunakan terhadap bidang budaya yang lain
Budaya Sebagai Sistem Struktural
            Levi-Strauss memandang budaya sebagai sistem simbolik yang dimiliki bersama, dan merupakan  ciptaan pikiran  (creation of mind)  secara kumulatif. Dia berusaha menemukan dalam penstrukturan bidang cultural (dalam mitologi, kesenian, kekerabatan, dan bahasa) prinsip-prinsip dari pikiran  (mind) yang menghasilkan budaya itu. Kondisi material dari mata pencaharian hidup dan ekonomi memberi kendala (bukan menentukan) bentuk dunia yang kita hidupi ini. Khususnya dalam mitologi, kondisi material tersebut membiarkan pemikiran tentang dunia berkuasa secara bebas. Dunia fisik tempat manusia hidup memberikan bahan mentah yang diperdalam lebih jauh oleh proses pemikiran yang universal ke dalam pola-pola yang jauh berbeda secara substansif tetapi sama  secara formal.

Budaya Sebagai Sistem Simbolik
            Jalan lain dalam membahas kebudayaan adalah dengan cara memandang kebudayaan - kebudayaan sebagai sistem makna dan simbol yang dimiliki bersama. Pendekatan ini masih berhubungan, meskipun berbeda, dari pendekatan kognitif Amerika dan strukturalis Eropa daratan yang telah dibicarakan diatas. Di daratan Eropa jalan ini telah dirambah oleh Louis Dumont. Di AS pelopor yang paling menonjol adalah dua ahli antropologi pewaris tradisi Parsons: Clifford Geertz dan David Schneider. Pandangan yang kuat dari Geertz terhadap budaya, yang ditunjang satu aliran kemanusiaan yang luas, makin lama makin menjadi sistematis. Seperti Levi-Strauss, Geertz berada pada puncak pemikirannya ketika dia menciptakan  grand theory  dalam menafsirkan bahan-bahan etnografi yang khusus. Namun berbeda dari Levi-Strauss, dia menemukan kekhususan tersebut dalam kekayaan kehidupan manusia yang sesungguhnya dalam satu persabungan ayam, dalam satu upacara kematian, dalam satu peristiwa pencurian biri-biri. Bahan analisisnya bukanlah mitologi atau adat  istiadat yang terlepas dari konteks dan akar masyarakatnya. Bahan tersebut terikat dengan manusia-manusia didalam tingkah laku  simbolik mereka.
Geertz melihat pandangan kognitif Goodenough dan para ahli '"etnografi baru" sebagai pandangan reduksionis dan formalistik yang kabur. Bagi Geertz, makna tidak terletak di  "dalam kepala orang" .  Simbol dan makna dimiliki bersama oleh anggota masyarakat, terletak di antara mereka, bukan di dalam diri mereka. Simbol dan makna bersifat umum (public),  bukan pribadi  (private). Sistem kultural adalah ideasional. Sama seperti ideasionalnya kwartet Beethoven. Sistem itu berada di luar atau di antara manifestasinya dalam pikiran individu atau penampilan konkrit. Pola-pola kultural, katanya, tidak reified  atau metafisikal. Seperti batu dan mimpi, "mereka adalah benda dalam dunia nyata".

METODOLOGI
            Pada tugas yang satu ini, penulis mengambil sumber teori dengan menjelajahi internet dan menggunakan mesin pencari untuk mendapatkan informasi sekaligus untuk mendapat teori – teori tentang tugas kali ini.

STUDY/KASUS
Sistem sosial adalah bentuk teratur dan terstruktur dalam kehidupan bermasyarakat. Bisa dikatakan bahwa semua manusia yang berkelompok memiliki sistem sosialnya masing-masing. Sistem sosial ada karena kebutuhan akan pembagian tugas dalam memenuhi kebutuhan akan hidup, baik kebutuhan yang bersifat fisik maupun non-fisik.
Kota Padang pada awalnya adalah perkampungan nelayan yang disebut sebagai kampung Batung. Kampung tersebut berlokasi pada kawasan batang arau  saat ini, masyarakatnya adalah masyarakat nelayan dan masyarakat petani garam. Dengan kondisi itu terlihat ada 2 bentuk sistem sosial masyarakat, yaitu sistem nelayan dan sistem petani garam. Sistem ini dilatarbelakangi karena kondisi lingkungan, masyarakat nelayan dan masyarakat petani garam hanya terdapat pada wilayah pesisir pantai barat sumatera dan memiliki relasi dengan masyarakat minangkabau di daerah darek atau pedalaman.

Pada perkembangannya setelah Kampung Batung diserahkan kepada pemerintah hindia belanda oleh raja-raja muda pagaruyung, maka sistem Kampung Batung yang pada awalnya adalah permukiman tradisional bertranformasi menjadi kota pelabuhan yang memiliki aktivitas perdagangan modern, yang pada awalnya hanya memiliki struktur sederhana pada pembagian tugas, berkembang menjadi sebuah struktur komplek yang lengkap dengan sisitim militer dalam pengamanan perdagangan kota pelabuhan, yang pada awalnya hanya dipimpin oleh seorang kepala kampung berubah menjadi kepala residen, hal ini adalah bentuk transformasi sistem sosial yang baru..
Strata Sosial adalah bentuk pembagian lapisan masyarakat pada satu wilayah. Pada apa yang terjadi dengan Kampung Batung yang pada awalnya, hanya terdiri dari lapisan masyarakat nelayan dan petani garam saat bertranformasi menjadi kota padang maka, lapisan masyarakatnyapun menjadi bertambah.
Penambahan yang dapat terlihat adalah penambahan tingkat strata antara lain dengan adanya kalangan elit pendatang, seperti penyebutan kaum pertama yang terdiri dari masyarakat eropa, kaum kedua yang terdiri dari masyarakat cina, india, arab, dan kaum ketiga yang merupakan masyarakat pribumi.
Perubahan tersebut menciptakan bentuk lapisan masyarakat yang baru, lapisan masyarakat yang baru terdiri dari masyarakat asli Kampung Batung, masyarakat pendatang/asing .
Mata Pencaharian adalah cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya. Pada kampung batung masyarakat menangkap ikan dan memproduksi garam untuk dapat ditukarkan dengan masyarakat yang ada didarek. Pada perkembangan selanjutnya setelah kampung batung menjadi kota padang, maka perkembangan mata pencaharianpun terjadi, ada diantara dari kelompok masyarakat menjadi penampung/pialang/broker, tukang, pedagang, pengambil kelapa, dan bentuk usaha lainnya.
Teknologi adalah bentuk hasil kreasi manusia dan memiliki manfaat untuk mempermudah manusia dalam melakukan aktifitasnya. Kampung Batung yang pada awalnya merupakan kampung bagi para nelayan dan para petani garam, mestinya memiliki bentuk teknologi yang mendukung mereka dalam beraktivitas, seperti rumah kecil berbahan kayu, sampan (kata dalam bahasa china) /kapal kecil berukuran panjang sekitar 4 m dan lebar maksimum 2 meter, jaring, urukan garam, tampan (tampungan/tadah).
Kampung batung yang bertransformasi menjadi kota padang mengalami peningkatan teknologi yang dimilikinya, seperti saluran drainase kota, benteng kota, pelabuhan besar, jalur kereta api, bangunan perumahan berbahan bata. Dan teknologi lainnya, perubahan yang sangat luar biasa atas kedatangan masyarakat asing ke kota tersebut begitu banyak teknologi canggih yang dibawa dan merubah wajah perkampungan yang biasa-biasa atau dapat dibillang tertinggal menjadi sebuah tempat dengan teknologi maju.
Religi adalah kepercayaan adikodrati atas kekuatan yang ada diluar pengetahuan manusia itu sendiri, termasuk agama didalamnya.
Pada aspek ini kampung batung sebagai perkampungan nelayan dan petani garam tidak diketahui secara pasti nilai religi yang dipegang oleh masyarakatnya. Namun semenjak bertranformasi menjadi kota padang, diketahui bahwa ada kepercayaan keagamaan seperti Islam, Konghucu dan Budhis, Kristen, Katolik.
Bahasa adalah bentuk sisitem lambang bunyi yang digunakan dalam melakukan komunikasi oleh satu individu kepada individu lainnya, atau dari kelompok kepada kelompok yang lain, baik menggunakan bahasa yang sama atau bahasa yang berbeda.
Kampung batung adalah perkampungan yang terdapat pada wilayah rantau pesisir  barat minangkabau, secara arbitrer maka bahasa umum yang dipakai pada perkampungan  tersebut seharusnya adalah bahasa minangkabau.
Semenjak tertranformasi menjadi kota padang hingga sekarang, ragam bahasa yang digunakan pun bertambah, ketika ditelaah dari masyarakat yang menetap, baik kebangsaan ataupun kesukuan maka dapat diketahui bentuk bahasa yang dipergunakan. Masyarakat tersebut diantaranya Masyarakat Asing, dan Masyarakat Daerah. Adapun masyarakat asing berasal dari, Belanda, Inggris, Perancis, Portugis, Amerika, China, Arab, India, Jepang. Sedangkan masyarakat darah yang mentap seperti suku jawa, aceh, minangkabau, nias, bugis, batak, melayu.
Unsur kebudayaan yang disampaikan oleh koentjoroningrat terdapat pada kota padang saat ini berproses dalam bentuk perkawinan silang satu sama atas keragaman budaya masyarakat yang ada dan menetap pada wilayah tersebut. Sehingga dapat disebut sebagai bentuk proses budaya.
Kota padang, pada awalnya muncul atas kebutuhan para pedagang asing yang memindahkan jalur perdagangannya ke pesisir barat sumatera, jalur timur yang pada awalnya adalah jalur yang dilewati sudah tidak aman lagi karena banyak perompak yang melakukan aksinya, selain itu perubutan jalur perdaganganpun ikut serta berperan dalam hal ini. Kondisi lingkungan padang yang cukup elok sebagai pelabuhan melatarbelakangi munculnya penawaran kepada kerajaan pagaruyung, tawaran tersebut disambut oleh kerajaan pagaruyung dengan syarat, belanda bersedia mengusir kekuatan aceh dari padang.
Perubahan penguasaan padang dari aceh kepada belanda merupakan bentuk perubahan kondisi penguasaan tanah. Penguasaan tanah yang terjadi atas bentuk diplomasi dan perperangan, keberhasilan belanda dalam menguasai tanah padang tersebut berdampak pada perkembangan aktivitas dagang pesisir barat sumatera.

PEMBAHASAN
            Pada awalnya, Kota Padang hanya perkampungan nelayan yang disebut Kampung Batung. Semenjak kekuasaan diberikan kepada pemerintah hindia belanda, kebudayaannya pun berubah, mulai dari tempat yang tradisional menjadi pasar modern. Akhirnya, terdapat perbedaan strata. Masyarakat pendatang menjadi yang pertama dan kedua, sedangkan pribumi itu sendiri menjadi yang ketiga. Kemudian terdapat beberapa sukusehingga terdapat bahasa yang berbahasa minangkabau, tetapi setiap daerahnya terdapat perbedaan.

PENUTUP
            Terdapat teori – teori yang disebutkan oleh ahli, yang teori tersebut merupakan hasil pemikiran dan juga analisa. Di kota padang itu sendiri, terdapat beberapa suku dan terdapat aturan yang mengatakan bahwa, dilarang untu k menikah dengan suku yang sama, jika itu terjadi, terdapat sanksi. Yaitu akan dikucilkan dan harus meninggalkan daerah tempat tinggalnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar