Selasa, 12 Juni 2012

PENGHARGAAN TANPA KATA-KATA


Suatu hari saya ditraktir oleh teman saya makan mie di kedai mie yang agak terkenal. Harganya tak mahal tetapi enak dan nyaman. Kami duduk di meja bulat yang dapat menampung sepuluh orang jika mengelilingi meja. Di meja itu ada enam orang, saya, teman saya dan empat orang kawan yang lain.

Ketika asyik makan, satu keluarga baru duduk di sebelah kami. Mereka telah memesan mie dan sedang menunggu pesanan. Keluarga tersebut terdiri daripada sepasang suami isteri yang masih muda dan seorang anak yang berusia dalam enam tahun. Mereka keluarga yang jauh dari sederhana. Pakaian mereka lusuh dan kusam. Anaknya kelihatan seperti baru sembuh dari penyakit dan sedang menarik ingusnya keluar masuk. ingusnya meler sebelas dan kadang2 seperti angka satu dengan warna kuning kehijau-hijauan. Si ibu dengan penuh kasih sayang mengelap ingus yang tidak berhenti keluar masuk hidung anaknya. Pasangan itu sangat bahagia melihat anaknya bermain sambil tertawa. Sepertinya makan mie itu merupakan perayaan menyambut kesembuhannya. Ketika mie sudah sampai keluarga tersebut makan dengan lahapnya.

Bagi kami berenam (termasuk saya) keadaan tersebut sangat mengganggu selera makan, Bayangkan, bagaimana rasanya makan mie dengan mencium satu keluarga yang bau badannya tidak enak. Belum lagi melihat dan mendengar ingus yang ditarik keluar masuk dan sesekali dibersihkan oleh ibunya.

Setiap kali menyuap mie ke mulut sambil menghirup kuahnya, rasanya seperti ingus telah tercampur dengan makanan dan membuat selera makan hilang. Tidak beberapa lama kemudian, keempat kawan yang duduk semeja dengan kami meninggalkan meja satu persatu tanpa menghabiskan makanan. Melihat ini ada rasa kepahitan yang terpancar di wajah keluarga muda itu, seperti rasa rendah diri dan terasing melihat sikap empat kawan yang meninggalkan meja tadi.
Tetapi itu tidak lama, ketika mereka melihat teman saya yang satu tetap menikmati mie tanpa mempedulikan kondisi orang lain disampingnya bahkan sekali waktu mengumbar senyum manis kepada keluarga tersebut, keceriaan merekapun pulih kembali. Teman saya tetap asyik makan seolah-olah tidak ada bau di sekitarnya dan tidak ada bunyi ingus. Saya juga terpaksa berpura2 cuek dan terus menghabiskan mie karena mau menghormati teman saya yang traktir saya makan. Selesai makan, kami masih duduk dua puluh menit sebelum meninggalkan kedai makan. Saya kagum dengan teman saya yang luar biasa. Biasanya setelah makan, dia hanya duduk paling lama sepuluh minit. Sekali lagi saya terpaksa menemani teman saya dengan perasaan yang sedikit jengkel.

ternyata teman saya menunggu keluarga tersebut menyelesaikan makan mereka, Akhirnya kami keluar meninggalkan kedai dan juga keluarga muda tersebut, sayapun merasa lega. Dalam perjalanan pulang, teman saya mengatakan, “  saya bebenarnya sangat terganggu duduk berdampingan dengan keluarga tersebut, ada bau yang menyengat dengan bunyi ingus anaknya itu, saya merasakan seperti yang kalian rasakan, tetapi jika kita meninggalkan keluarga tersebut ketika mereka bergembira, keluarga itu akan merasa terpukul, tidak berharga, terasing dan putus asa. Si suami sedang memberi yang terbaik bagi keluarganya. Mereka bersukacita merayakan kesembuhan anaknya. Si suami telah mengeluarkan uang yang bagi mereka cukup mahal dari hasil kerja keras hanya untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya. uang itu tidak begitu banyak untuk ukuran kita tetapi tidak bagi keluarga itu “.

Saya sangat terkejut mendengar kata kata teman saya. Dan tidak menyangka teman saya telah melakukan sesuatu yang luar biasa bagi keluarga itu dengan caranya yang berbeda bertahan makan mie sampai habis dan menunggu dua puluh menit setelah makan, telah memberi semangat baru bagi keluarga itu. Saya teringat bagaimana rasa kepahitan, rendah diri dan terasing di wajah suami isteri itu ketika melihat pelanggan yang lain meninggalkan meja tanpa menghabiskan makanan. Saya juga teringat bagaimana pasangan ini kembali ceria begitu melihat sikap teman saya yang begitu ramah dan tetap mengumbar senyum ketika melihat mereka.

Sahabat, betapa lingkungan pergaulan kita itu sangat mempengaruhi gaya hidup kita sehingga kadang kita tidak menyadari banyak orang disekitar kita tersinggung dengan perilaku gaya hidup kita, dan bisa jadi yang tersinggung itu adalah suami, istri atau anak-anak kita sendiri, ada sebuah berita mengejutkan dari Rosulullah SAW terkait dengan sikap dan gaya hidup kita terhadap orang-orang yang kita cintai…….

Suatu ketika, Rasulullah saw menyampaikan pernyataan yang agak mengejutkan para sahabat di Madinah, baik laki-laki maupun wanita. Pernyataan yang mengejutkan itu adalah diantara wanita yang akan menjadi penghuni surga adalah isterinya Al Hathab.

Mendengar pernyataan Rasulullah saw, seluruh penduduk Madinah saling bertanya-tanya satu diantara lainnya. Mereka amat heran, mengapa Rasulullah menyebutkan istri Al Hathab itu, apa sebenarnya keistimewaannya dibanding wanita-wanita lain?.

Karena mendapat banyak pertanyaan, isteri Al Hathab akhirnya menanggapi berita tentang dirinya. “Suamiku adalah pencari kayu bakar di bukit, ia menjualnya ke pasar dan ia kembali dari pasar dengan membawa sesuatu yang kami  butuhkan sekeluarga. Ia pulang tentu dalam keadaan letih dan lelah serta haus di tenggorokan yang sangat. Aku menyadari betapa payah suamiku itu dalam mencari nafkah. Saat ia pulang ke rumah, sudah kusiapkan air yang dingin sebagai penyejuk dan penghilang rasa haus, makanan untuk menghilangkan rasa lapar juga sudah kuhidangkan, kusambut suamiku itu dengan berdiri, memakai pakaian yang indah dan rapi, tidak hanya itu, ia kusambut dengan segenap kerinduan seolah-olah lama ia tidak pulang. Kuserahkan diriku kepadanya, kalau ia ingin beristirahat dan bersenang-senang kubantu dia dan bila ia menginginkan diri saya, kurebahkan diriku antara dua lengannya bagai anak kecil yang bersuka ria dengan ayahnya”.

Berikan SIKAP TERBAIK kita untuk orang-orang disekitar kita maka Allah SWT akan memberikan YANG TERINDAH di Dunia dan Akhirat kelak. Ya… ternyata untuk dapetin Sorga TIDAK SELALU BUTUH MODAL BESAR.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar